Bank Sampah, Kultur Menuju Indonesia Bebas Sampah 2020

Surabaya, WartaSulut.com– Sampah masih menjadi salah satu permasalahan baik di perkotaan dan daerah. Namun pemerintah tetap berupaya memenuhi target Indonesia bersih sampah 2020. Sejumlah usaha pun dilakukan.

“Saat ini sampah masih 60-70 % dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS),” kata Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya Kementerian Lingkungan hidup dan Kehutanan Tuti Hendrawati Mintarsih kepada wartawan di sela-sela Dialog Pengelolaan Sampah Kita Wujudkan Indonesia Bersih Sampah 2020 di Hotel Shangri-La Surabaya, Selasa (29/9/2015).

Itu berarti, kata Tuti, masih ada masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Tuti mengatakan, satu orang setiap harinya bisa menghasilkan sekitar 1 kg sampah. Satu orang berkontribusi terhadap 200 ribu ton sampah yang dihasilkan setiap harinya di Indonesia. Jika tidak peduli dengan sampah, maka sampah bakalan menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja.

Untuk menghentikan atau setidaknya memperlambat bom waktu tersebut, Tuti mengatakan sampah hendaknya dikelola dari sumbernya dan tidak perlu ke TPS, atau menuju ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sudah dalam bentuk pilahan antara sampah organik dan anorganik. Masyarakat bisa mengelola sampahnya sendiri melalui bank sampah.

Bank sampah adalah pengumpulan sampah yang sudah dipilah-pilah. Hasilnya bisa menjadi uang dengan dijual ke pengepul sampah atau disetor ke TPA yang mempunyai alat daur ulang sampah.

“Di Surabaya bank sampah bisa untuk bayar PBB. Di Malang untuk membayar PDAM dan listrik,” ujar Tuti.

Perempuan berkaca mata ini menjelaskan bahwa bank sampah inilah yang harus terus diedukasi kepada masyarakat. Bank sampah sangat penting, kata Tuti, karena berkenaan dengan kultur masyarakat. Kultur masyarakat Indonesia masihlah belum peduli dengan sampah. Karena itu bank sampah ditekatkan harus jadi gaya hidup yang bisa meresap ke kultur masyarakat.

“Indonesia bersih sampah 2020 ini kan sudah dicanangkan beberapa tahun lalu. Kemajuannya bisa dilihat dari makin meningkatnya bank sampah setiap tahunnya,” lanjut Tuti.

Saat ini masih 7-14% masyarakat Indonesia yang sudah mengelola dan mengolah sampah yang salah satunya melalui bank sampah. Tuti menargetkan pada tahun 2019 nanti harus ada 20% masyarakat yang mengolah dan mengelola sampah.

Tuti menyebut Adipura juga menjadi salah satu upaya melakukan pengelolaan sampah. Dan Adipura yang pelaksanaannya sudah direvisi tersebut tak memperbolehkan setiap daerah yang masih mempunyai TPA open dumping untuk mengikuti Adipura. TPA open dumping adalah TPA yang hanya menimbun sampah tanpa pernah mengolahnya melalui proses 3R.

“Sayangnya TPA yang sudah mempunyai sistem 3R masih 7% dari semua TPA yang ada di Indonesia,” terang Tuti.

Senada dengan Tuti, Wakil Gubernur Jatim Syaifullah Yusuf juga menekankan adanya pengelolaan sampah yang bisa menghasilkan. Tagline sampah menjadi berkah harus dibuktikan dan tak hanya diomongkan saja.

“Ada empat poin penting untuk pengelolaan sampah yakni regulasi, manajemen, teknologi, dan kultur masyarakat,” ujar pria yang akrab disapa Gus Ipul ini.

Untuk Adipura, Gus Ipul menginginkan agar hadiah kepada pemenangan
ditingkatkan. Karena hal itu berkaitan erat dengan pembelian alat pengelola sampah yang harganya memang cukup mahal. Saat ini hadiah untuk pemenang Adipura berkisar antara Rp 100-150 juta.

“Kalau bisa hadiahnya Rp 10 miliar agar benar-benar digunakan untuk mengelola sampah dan membersihkan serta merawat lingkungan,” tandas Gus Ipul.(aps/detik.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *