oleh

Banyak Persoalan di Toka Tindung, BARMAS Sulut Angkat Bicara

Wartasulut.com – Kondisi pembangunan dan kesejahtraan masyarakat yang ada di wilayah lingkar tambang PT. Meares Soputan Mining (MSM) dan PT. Tambang Tondano Nusajaya (TTN) ternyata tak pernah luput dari pantauan Barisan Masyarakat Adat Sulawesi utara (BARMAS) dimana, banyaknya permasaalahan yang terjadi seperti adanya keluhan masyarakat terkait dengan pembangunan, kerusakan alam, tepatnya di tiga sungai di wilayah tersebut yang menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat, membuat BARMAS Sulut angkat bicara.

Ketua BARMAS Sulawesi utara
Tonaas Defly Brando Lengkey, SS

Ketua BARMAS Sulut Tonaas Defly Brando Lengkey, SS mengatakan, pihaknya telah memperhatikan dan mengikuti semua perkembangan yang terjadi di wilayah tersebut, bahkan di sejumlah wilayah lainya di Sulawesi utara.

“Ingat, BARMAS Sulut ada di mana-mana. Kami telah menerima banyak informasi dari para anggota kami yang menggambarkan kondisi masyarakat lingkar tambang toka tindung, yang kemudian kurang perhatian dari salah satu perusahaan tambang raksasa di sulut itu,” beber Tonaas Defly Senin, (13/12) malam.

Lanjutnya lagi, sebagai salah satu Ormas terbesar di Sulut, BARMAS akan terus mengawasi dan mengikuti perkembangan yang terjadi di wilayah tersebut, agar masyarakat di lingkar tambang dan pihak PT. MSM/TTN bisa bersinergi dan bersama-sama merasakan manfaat dari hasil bumi di tanah Minahasa ini.

“Kami tahu bahwa selama ini telah muncul berbagai persoalan di wilayah tersebut, dan kami sangat menyayangkan jika kemudian masyarakat yang ada di daerah penghasil emas itu justru harus menerima kepahitan akibat dari ulah Korporasi, dan jika ini di biarkan, kami akan segera turun langsung mengawal kepentingan masyarakat di wilayah tersebut,” tegasnya.

Diketahui, sebelumnya terdapat kurang lebih 50 Kepala Keluarga di wilayah lingkar tambang yang rumahnya terendam banjir setiap musim penghujan tiba akibat dari sungai-sungai di daerah tersebut mengalami pendangkalan, penyempitan bahkan suhu airnya menjadi panas dan tidak ada lagi hewan buruan yang hidup di sejumlah sungai tersebut, belum juga kondisi jalan di area lingkar tambang yang setiap harinya menghasilkan debu, becek, serta di beberapa titik telah rusak parah, tanpa perhatian dari pihak PT.MSM/TTN bahkan Pemerintah daerah Kabupaten Minahasa Utara.

Adapun sungai yang selama ini menimbulkan polemik akibat dari eksplorasi, bahkan di duga limbah PT.MSM/TTN itu yakni, sungai Araren, sungai Pangisan, dan sungai Marawuwung.

“Intinya adalah, daerah likupang ini sedang di persiapkan untuk sebuah mega proyek yaitu akan di jadikan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)red. Nah sehingga apa yang akan terjadi jika alam sudah rusak, ditambah lagi masyarakat di lingkar tambang kurang di perhatikan? Untuk itu kami berharap kepada Pemerintah Provinsi Sulut, pemerintah Kabupaten Minut, dan PT.MSM/TTN terlebih khusus, agar benar-benar memperhatikan pembangunan dan terutama kesejahteraan masyarakat yang berada di lingkar tambang Toka tindung,” kuncinya. (Erga)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed