oleh

Kepala BPS Sulut : Minsel & Boltim Angka Terendah dari Indikator Kemiskinan Ekstrim

Amurang-WS- Ada yang menarik dibalik Rapat Rapat Koordinasi Evaluasi (Rakorev) Hasil Pembangunan sampai dengan Triwulan III Kabupaten/Kota se-Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2022 yang dilaksanakan di Grand Kawanua Hotel Manado yang dibuka secara langsung oleh Gubernur Sulut Olly Dondokambey, SE. Apa itu ?. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Utara  Asim Saputra SST, M.Ec. Dev diberikan kesempatan untuk menyampaikan materi atau laporan kepada Gubernur, Wakil Gubernur, Forkopimda Sulut dan para Bupati serta Walikota se-Sulawesi Utara.  Buktinya, Asim Saputra yang akrab dikenal sebagai  mantan Koordinator Fungsi Statistik Sosial di BPS Jawa Timur (Jatim) ini mengaku,  bahwa  dari 15 kabupaten/Kota di Sulut, hanya dua Kabupaten yaitu Kabupaten Minahasa Selatan yang dipimpin oleh Franky Donny Wongkar, SH dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur yang nakodai oleh Sam Sachrul Mamonto S.Sos,M.Si yang tercatat sebagai Kabupaten yang memiliki angka terendah dari indicator Kemiskinan Ekstrim se-Provinsi Sulut.  

“Sebelumnya, 15 Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara yang tercatat masih ada kemiskinan ekstrim. Namun, di Tahun 2022 ini, ada 2 (dua) Kabupaten yang indicator kemiskinan ekstrimnya, mencapai titik nol. Dua Kabupaten itu adalah Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel) dan kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim). Ini capaian-capaian yang menggembirakan kita kesemua. Data statistic (maksudnya BPS Sulut) tidak pernah bohong. Dan hal ini menunjukan bahwa kinerja kita sangat baik dalam penanggulangan kemiskinan,” tegasnya. Dia juga menjelaskan, bahwa dalam penanggulangan atau menurunkan angka kemiskinan ada rumusan yang sangat sederhana. Yaitu, pertama memperhatikan sisi pengendalian harga. “Jadi kalau kita bicara inflasi, dampak ke warga miskin itu sangat terasa. Kita terdorong dari inflasi secara umum, maka garis kemiskinan kita naik, angka kemiskinan kita juga terderek naik. Kuncinya pengendalian harga,” kuncinya.

Kedua, tambah Asim Saputra, perlu dorongan agar warga miskin ini memiliki uang sehingga mereka bisa belanja. Namun yang sangat disayangkan adalah pada kelompok warga miskin, kalau kita melihat penyebab kemiskinan ada pada konsumsi rokok terbesar kedua setelah konsumsi beras. Mohon maaf bagi para ahli hisap. Ketiga Kesehatan warga. Derajat Kesehatan, kalau kita bicara IPM pasti akan berhadapan dengan angka harapan hidup yaitu menurunkan tingkat kematian bayi yang signifikan, kuncinya. Sementara itu, Bupati Minsel Franky Donny Wongkar, SH mengaku bahwa penanganan atau penanggulangan kemiskinan ekstrim yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Minsel belakangan ini, terpusat pada penanganan dan penanggulangan warga/masyarakat terhadap kondisi ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti kebutuhan makanan, air minum bersih, sanitasi yang layak, kesehatan, tempat tinggal, pendidikan, dan akses informasi yang tidak hanya terbatas pada pendapatan, tapi juga akses pada layanan sosial.

“Kami tetap melayani dan selalu cepat tanggap dalam penanganan dan penanggulangan kemiskinan. Hal ini kami lakukan agar kami bisa memperkecil angka kemiskinan di Minsel. Dan ternyata, upaya pemkab dan seluruh stakeholder, ternyata bisa menekan kemiskinan ekstrim itu hingga angka nol sesuai dengan laporan Kepala BPS Sulut pada Rakorev Pembangunan di triwulan  III Tahun 2022 ini. Dan kami tidak akan berhenti sampai disini, kami akan terus berupaya untuk bergandengan tangan dengan seluruh pemangku kepentingan agar bisa mempertahankan angka ini,” harap suami tercinta Anggota DPRD Minsel Elsye W Sumual. (Ord/Putra)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed